Karawang, Ungkapberita.com – Praktik tidak terpuji kembali mencoreng dunia ketenagakerjaan di Karawang. PT Permata motor Karawang Cabang Yamaha Rengasdengklok diduga masih menahan ijazah mantan karyawannya dengan dalih harus ditebus sebesar Rp 2 juta. Tindakan ini memicu kecaman keras dari Ketua Forum Aktivis Karawang sekaligus Divisi Humas DPP Ormas GMPI (Gerakan Militansi Pejuang Indonesia), Nurdin Syam alias Mr. Kim.
Menurut Mr. Kim, praktik tersebut tidak hanya melanggar etika, tetapi juga mencederai hak-hak dasar pekerja. “Kami sangat menyayangkan tindakan perusahaan yang masih menahan ijazah mantan karyawannya dengan alasan harus menebus sejumlah uang. Ini adalah bentuk pelanggaran hak-hak karyawan yang tidak bisa diterima. Jika perusahaan dibiarkan bertindak sewenang-wenang, maka akan ada banyak korban lain yang dirugikan,” tegasnya.
Kronologi Kasus
Berdasarkan laporan, mantan karyawan PT Permata motor Karawang memasukkan ijazahnya sebagai jaminan saat awal diterima bekerja dengan kontrak satu tahun. Namun, ketika berhenti bekerja sebelum genap satu tahun, perusahaan menuntut “denda” sebesar Rp 2 juta agar ijazah bisa diambil kembali.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Padahal, alasan karyawan berhenti bekerja cukup masuk akal. Selama bekerja, beban yang ditanggung justru merugikan karena setiap kerugian barang di perusahaan dibebankan langsung ke karyawan. Alih-alih mencari nafkah, mantan karyawan justru kerap nombok hingga akhirnya memilih mundur.
Pengakuan Orang Tua Korban
AJ, orang tua korban yang juga Ketua Umum Asosiasi Pewarta Pers Indonesia (APPI), membenarkan adanya janji dari pihak Kepala Cabang bahwa ijazah bisa diambil tanpa biaya. Namun, kenyataannya, owner perusahaan tetap memaksa harus ada pembayaran Rp 2 juta.
“Kesepakatan awal perusahaan sudah salah karena memberlakukan penahanan ijazah hingga menimbulkan dilema bagi calon karyawan. Perusahaan boleh menahan ijazah karena alasan administrasi pendidikan kerja, tapi harus segera dikembalikan tanpa ada syarat tebusan. Kalau dipaksa seperti ini, jelas menyalahi aturan,” ungkap AJ.
Sorotan Aktivis
Mr. Kim menilai kasus ini merupakan bukti lemahnya pengawasan ketenagakerjaan di Karawang. “Perusahaan seenaknya menahan ijazah dengan dalih kontrak. Padahal sesuai ketentuan, ijazah adalah dokumen pribadi yang tidak boleh dijadikan alat sandera. Kami mendesak pemerintah daerah, DPRD, hingga aparat penegak hukum untuk segera turun tangan. Jangan biarkan rakyat kecil terus diperas,” katanya dengan nada keras.
Belum Ada Klarifikasi Perusahaan
Hingga kini, PT Permata Motor Karawang Cabang Yamaha Rengasdengklok yang beralamat di jalan Karanganyar Kutawaluya belum memberikan pernyataan resmi terkait kecaman keras yang dilontarkan publik. Kasus ini dipastikan akan terus mendapat sorotan, terutama dari kalangan aktivis dan keluarga korban yang menuntut keadilan.